Safri Ishak |
|
Bahan utama laksa,
tepung beras dan tepung kanji, dibuat adonan kemudian dengan alat ditekan
sehingga adonan berbentuk mie, langsung masuk kedalam air mendidih.
Setelah masak dan mengapung diangkat dan dimasukkan kedalam air dingin,
lalu sedikit-sedikit diletakkan ke telapak tangan, sehingga berbentuk
seperti gambar disamping dan diletakkan di daun pisang. Satuan laksa
ini disebut satu cap. Kuah laksa dibuat dari gilingan ikan tenggiri,
dicampur dengan santan, kunyit, garam dan bumbu lainnya. Satu atau
dua cap laksa, kadang-kadang ada yang bisa tiga empat cap, ditaruh
di piring cembung lalu disiram kuah, ditambah garam cabe giling, lebih
asik lagi kalau ditambah kemplang bangka.
Laksa dipotong-potong pakai sendok, lalu dimakan ...... seluruppp ........
hmm ..... yummyyy. Resep Laksa Bangka.
|
Kakek dari pihak Ayah, Moesa (Atok Tanjong) tinggal
di kebun kearah mercu suar Tanjung Kelian, kakek dan nenek beternak ayam
dan menanam pohon buah-buahan diantaranya Rambutan dan Jeruk Bali. Menurut
cerita ayah dulu kakek punya perahu untuk mengambil dagangan dari Jawa
dan beliau juga punya kuda untuk menarik gerobak dan biasanya ayah yang
bertindak sebagai pengendali kuda. |
Tidak jauh dari
rumah kami ada sungai kecil tempat kami berenang, memancing dan memanah
serta menombak udang. Ada beberapa macam udang yang masih saya ingat,
yang paling kecil udang lanji-lanji, kecil dan kulitnya transparant,
untuk menangkapnya kami menggunakan jerat mirip lasso. Ujung jerat
dibuat dari serat batang pisang, mirip benang, kemudian dibentuk seperti
lingkaran dan diikat diujung lidi. Cara menangkap udang lanji-lanji
adalah dengan menjerat mata-nya, bukan lehernya seperti me-lasso sapi,
karena udang tidak ada lehernya .... he he.
|
Kemudian ada udang pasir yang suka membenamkan dirinya
kedalam pasir, cara menangkapnya, pertama-tama pasir dasar sungai kita
susur dan dorong dengan kaki, kalau kena maka undang akan keluar dan
pindah ketempat lain, lalu membenamkan diri kedalam pasir lagi, nah kalau
kita sudah tahu tempatnya, gampang sekali untuk menangkap udang tersebut. |
Udang Satang (sumber) |
Ada lagi udang
jerangkong, mirip udang satang atau udang galah, hanya ukurannya lebih
kecil, kira-kira seukuran panjang jari tengah. Cara menangkap udang
jerangkong adalah dengan menggunakan panah. Anak panah biasaya kami
buat dari lidi nibung alias enau dan anak panah dibuat dari jari-jari
sepeda. Kami tidak menggunakan busur, tetapi hanya menggunakan karet
gelang, karet gelang dilingkarkan dijari jempol dan telunjuk tangan
kiri, pangkal anak panah diletakkan di ujung karet, lalu ditarik dan
kalau dilepaskan maka anak panah akan meluncur menuju sasaran.
|
Udang yang paling besar di sungai kami adalah udang satang atau biasa disebut juga udang galah. Udang galah dapat dipancing, biasanya kami membuat pancing dari jarum pentul atau peniti yang dibentuk sebagai mata pancing, agak kecil agar bisa masuk kedalam mulut udang. Selain dipancing, udang satang bisa juga diserampang atau ditombak, serampang itu mirip trisula, cuma ukurannya lebih kecil, ayah yang membuat. Untuk menombak atau menyerampang udang satang, kita harus mengetahui dulu tempat bersembunyi udang satang berupa cerukkan dipinggir sungai. Kalau ada udang satang mula-mula yang kelihatan adalah sungutnya, kita tunggu sampai kepala udang satang keluar, diserampang lalu digoreng. Saya dan adik saya menangkap udang mulai dari bawah jembatan kampung Ulu sampai ke bawah jembatan ke arah pasar, kira-kira satu setengah kilo meter bolak balik. Komentar dari FB Dachyar Ayan Safri Ishak Dachyar Ayan Safri Ishak Dachyar Ayan Safri Ishak |
Kalau ikan yang
saya ingat adalah ikan seredeng (bukan kepetek), ikan tanah, ikan belokoh,
ikan belanak, ikan ketang-ketang, ikan belut dan ikan sembilang. Biasanya
kami memancing
ikan pakai aur dan menggunakan udang atau daging ikan sebagai umpan.
Ikan seredeng badannya bening alias transparant.
|
Ikan tanah ada dua macam ada yang polos
dan ada yang belang belang, mirip ikan mas, ikan tanah biasa kami pelihara
dalam kulah atau bak mandi dirumah sebagai ikan hias, kalau mandi bisa
sambil lihat ikan tanah. Sumber: ikan hampala |
Catatan From: Imran Sent: Wednesday,
April 15, 2009 8:51:52 AM
Subject: kenangan masa kecil Ass.Wr.Wb |
Ikan
ketang-ketang badannya pipih dan berbentuk mirip piring, kulitnya kuning
kehitam-hitaman dan ada totol-totol hitam, mulutnya kecil dan makannya
sedikit-sedikit sehingga susah untuk dipancing. Ikan sembilang mirip
ikan lele, warna kulitnya lebih mulus dan merata tanpa bintik-bintik,
badannya agak besar terutama kepalanya. Ikan ini paling banyak pada
waktu musim hujan dan banjir, mungkin berkembang biak di anak sungai
dan rawa di hutan, sehingga pada waktu banjir hanyut ke sungai. |
Ikan belokoh mirip
ikan malas yang pernah populer untuk menambah vitalitas, ikan ini suka
bersembunyi dalam pasir dan paling gampang dipancing karena mulutnya
lebar dan rakus, asal ada umpan langsung disambar. Dulu ikan belokoh
ini kami buat pakan ayam, itik dan bebek manila, ikan dipotong-potong
lalu disebar di tempat makan unggas tadi. Ikan belokoh ada dua macam,
yang satu lagi ikan belokoh gantung, warnanya agak hitam, lebih kecil
dan biasanya berada dekat permukaan air.
Ikan belokoh atau Marble Goby. Ikan belanak dan ikan belut umum terdapat dimana-mana. |
Sambil mandi, kami juga mengumpulkan buah karet yang hanyut untuk diadu,
buah kemiri untuk diadu juga, dan buah
gayam, direbus, enaaaak. Di musim air pasang kami melompat
atau terjun kedalam sungai dari tembok depan surau atau dari jembatan
dekat rumah Mang Kecap. |
|
Sudah lama sekali saya tidak pulang kampung, terakhir tahun 1964 bersama ayah, mudah-mudahan sungai Muntok masih seperti dulu, tapi saya tidak yakin, dengan adanya pembalakan liar dan tambang timah rakyat, entah bagaimana nasib sungai tersebut. Salah satu kawan main saya sekarang menjabat sebagai bupati Bangka Barat, mudah-mudahan beliau masih ingat kondisi sungai dulu dan punya niat dan usaha untuk melestarikannya. Amiiiin. |
Selain sungai
di Mentok atau Muntok ada daerah pantai, pelabuhan dan laut. Dua atau
tiga bulan sekali, ayah dan mak mengajak kami piknik kepantai, yang
paling dekat pantai di teluk rubiah sampai pantai pait. Kalau
kesana kami melewati rumah Atok Djalil, atok atau datuk alias kakek,
bersama nenek tinggal di rumah di atas tebing, ada kira-kira empat
puluh anak tangga menuju kerumak atok. Nenek atau Nek Tebing biasa
kami panggil, menanam sirih disekitar rumah untuk dimakan dan dijual,
kalau atok kan jualan ikan di pasar.
|
Selain sirih, di halaman rumah Atok ada pohon pisang, pohon sukun, pohon mangga, pohon kelapa, pohon keranji dan pohon bunga kaksiau. Paling enak makan di rumah Atok, masakan Nek Tebing sangat enak terutama gulai tumis ikan pari dan gulai udang dimasak dengan irisan nenas, Atok selalu memilih bagian ikan yang paling gurih dan membuang tulang atau duri ikan sebelum meletakkannya ke piring kami. Kembali ke acara piknik tadi, setelah melewati rumah Atok, kami melewati rumah Pak We Mat dan Mak We Mok, mak we adalah kakak mak yang paling tua atau tue bahasa Muntok nya, jadi dipanggil Mak We. |
Dulu
Pak We sering ngambil air legen dari pohon
enau, Mak We yang masak, kalau lagi ke Teluk Rubiah, kami suka
minta air legen yang baru dimasak, enak diminum panas-panas rasanya
manis, kalau sudah hampir kental kadang-kadang Mak We memasukkan ubi
kayu inipun pastinya enak, dan kalau sudah masak cairan gula aren dimasukkan
kedalam cetakan. Pak We dan Mak We dulu jualan gula aren, Mak We juga
jualan kue ke pasar khususnya lemper.
|
Kegiatan yang
biasa kami lakukan dipinggir pantai selain mandi atau main air laut
diantaranya mencari remis, remis mirip lokan, atau kerang tetapi kulit
luarnya rata tidak bergerigi macam kerang. Cara mencari remis, pasir
dibibir pantai dikikis dengan bilah bambu atau pisau, kalau terantuk
dengan remis, maka remis akan terangkat dan tinggal dipungut. Remis
di rebus atau ditumis oleh Mak kami, rasanya manis dan sedap, maklum
remis masih fresh dan yang paling utama hasil usaha sendiri. Selain
remis, kami mencari siput laut, direbus, cara mengeluarkan isi atau
dagingnya
dicungkil dengan peniti.
|
Kalau lagi musim, kami juga suka mengumpulkan rumput laut atau janggut doyong, dibuat kerabu (urap) atau yang lebih enak direbus kemudian dicampur sambal asam, enaaak buat lauk nasi, pedasss tapi tidak pernah jera, makan terus sampai habis, berkeringat dan keluar air mata, apalagi kalau minum air suam-suam kuku tambah banyak air mata keluar. |
Setelah penat
bermain, kumpul dan makan siang bersama, selain nasi dan lauk pauknya,
kami dapat penganan yang dibuat Mak, kadang-kadang pastel, kadang-kadang
roti goreng isi, kadang-kadang lepat ubi kayu dan lain lain. Siap makan
siang, istirahat sebentar, lalu pulang, ayah menuntun kereta angin,
mak menggendong adik yang paling kecil, yang lain mengikuti bak itik
pulang kandang.
|
Mak paling pandai memasak, rasanya paling sedap sedunia, walaupun cuma sambal belacan sama sayur darat paling sedikit dua piring nasi lewat. Sayur darat adalah sayur yang paling sederhana, sayurannya potongan batang keladi atau talas, ditambah bumbu tiga, garam, cabe, belacan, kalau tidak ada batang keladi, bisa diganti dengan timun atau kacang panjang atau nangka muda, lebih asik lagi kalau ditambah udang, kuahnya jadi manis. Saya masih ingat waktu pulang ujian sekolah dasar, sampai rumah mak sudah menyediakan tumis kecambah pakai udang kering, nikmat sekali, mak paling tahu kesukaan anak-anaknya. Saya sangat kagum sama mak, anak sembilan, tanpa pembantu rumah tangga, makan kami cukup, baju rapih, semua bisa sekolah, dan mak pantang berhutang, luar biasa. Mak sangat teliti dan disiplin, semua anaknya pasti dapat bagian, walaupun ikan atau ayam satu ekor kebagian semua, lauk tadi dibagi dulu lalu ditarok di piring masing-masing. Catatan tentang Sayur Darat atau Lempah Darat From: Dini Melisda Sent: Thursday, April 16, 2009 12:36:25 PM kl gitu ni die lagu e; yok miak kite pegi ke kebun kehume bawak suyak bawak suyak mikul pacul kite begawe2 besame2 ambek belacan, garam cabik kecik kite ngelempah2 lempah darat urang dihume2 nunggu lah lame From: Safri Ishak Sent: Thursday, April 16, 2009 11:47:55 AM aak kami lah suah buat sayur darat campur bayam cerite e sayor darat tu biase e di masak di kebun jadi ape jak yang ade di kebun dapat dimasak sayor darat |
Selain masak Mak juga pintar mengaji dan pintar menjahit, baju sekolah, baju lebaran dan baju sehari-hari tidak pernah beli, mak jahit sendiri, kalau tidak bisa pinjam mesin jahit, mak jahit pakai tangan. Mak tempat kami mengadu dan tempat kami belajar kalau ada tugas sekolah, terutama berhitung dan menggambar. Saking sibuknya mak, saya sampai tidak tahu apa yang paling disukai mak. Setelah berkeluarga dan lama merantau, saya baru tahu mak sangat suka dengan bunga mawar. Waktu itu kami sekeluarga main ke rumah mak, potret potret, sesudah dicetak, kami tanya mak, photo mana yang mau mak perbesar, mak memilih photo mak yang ada latar belakang bunga mawar. Rupanya sejak gadis mak paling suka menanam bunga mawar. |
Keluarga Musa Alimat Mentok Bangka, Alm Nek Tanjong (depan no 2 dari kiri), Alm Atok Tanjong (depan no 2 dari kanan), Alm Ayah kami Ishak Musa (belakang no 6 dari kiri), Aak Farida Ishak digendong Ayah, disebelah Ayah Alm Mak kami Hasnah Djalil sambil menggendong saya Safri Ishak (masih botak belum tumbuh rambut, sekarang botak lagi rambut sudah pada rontok .... he he). FB In this photo |
Ayah adalah idola kami, hampir semua pekerjaan dapat dilakukan ayah dengan baik, tukang kayu, tukang batu, montir, bubut, listrik, buat peralatan dapur seperti panci almunium, merajut jala dan pukat, berkebun, mencangkok, okulasi dan sambung tanaman seperti rambutan, petai, memancing, menjala dan memukat ikan, menjerat dan menggetah burung, memelihara ayam dan itik, membuat mesin tetas, dan hobby main bola diposisi center back. Sayang saya tidak mampu menyerap skill ayah, adik saya Tamrin yang punya multi talenta macam ayah. Di Kampung Ayah dipanggil Bang Ak Tunggul Serok, tunggul itu pangkal pohon, serok sejenis kayu yang sangat keras dan tunggulnya sangat susah untuk dibongkar. Ayah dapat panggilan tersebut karena bermain di posisi back dan terkenal sebagai pemain bertahan yang susah dilewati oleh pemain lawan. Pernah suatu hari Ayah sedang bermain bola, adik kami Mashuri step alias kejang-kejang, saya sama kakak berlari kelapangan bola, begitu mendengar kabar adik sakit, Ayah lagsung keluar lapangan dan berlari ke rumah meninggalkan permainan bola dan meninggalkan kami berdua, karena tentunya lari kami tidaklah secepat Ayah berlari. Alhamdulillah walaupun suka step adik kami Mashuri selesai mengikuti pendidikan dan berkarir di TNI Angkatan Laut. |
Suatu kali saya
diajak ayah mancing ikan kelaut, habis magrib kami berangkat kepantai,
lalu naik sampan, sampan ayah sangat istimewa dibuat dari bekas sekoci
kapal terbang jepang, dari bahan almunium. Sampan didayung ketengah
laut, jangkar dilepas, lalu lentera dihidupkan, ikan-ikan kecil menghampiri
sinar lampu, cumi-cumi naik mengejar ikan kecil, cumi-cumi ditangkol
sama ayah. Tangkol itu mirip jaringan untuk menangkap ikan gurame atau
ikan mas dikolam, ada bagian lingkaran yang diberi jaring dan ada bagian
gagangnya, ayah membuat tangkol sendiri termasuk merajut jaringnya.
Cumi-cumi sebagian dibuat umpan untuk memancing ikan dan sebagian lagi
dibawa pulang, digoreng pakai asam garam, paling enak kalau cumi ada
telornya.
|
Malam itu kami mancing semalaman, selesai mancing dan menangkol cumi-cumi, kembali kedarat, ayah turun duluan dan menambat sampan, waktu saya mau turun, kaki tidak bisa digerakkan, rupanya terlalu lama duduk bersila disampan sehingga kaki jadi kesemutan dan kaku, ayah senyum senyum saja, baru tahu saya, saya kirain gampang saja mancing ikan ........ he he. Sejak itu kalau saya makan ikan tidak pernah bersisa, sampai tulang dan sirip ikan dipatahkan dan di-isap-isap. Tempat Ayah menambatkan sampan di pantai Pelabuhan Mentok yang disebut Lembong.
Ya Allah sayangilah ayah dan mak kami melebihi kasih sayang mereka kepada kami. Amin Ya Rabbalalamin. |
Selain belajar
disekolah saya merasa banyak sekali waktu untuk bermain, nanti saya
bahas apa saja yang biasa kami lakukan. Saya sekolah taman kanak-kanak
di Kampung Tanjung, masuk Sekolah Rakyat di SR 1 dekat kantor TTB Tambang
Timah Bangka, kemudian kelas 3, kami, saya dan kakak saya Farida, pindah
ke SR 3 di kampung baru, tepi jalan menuju kearah Tanjung
Kelian. Saya masih ingat waktu pindah, kami ramai-ramai
jalan kaki dari SR 1 ke SR 3 melalui jalan kampung, anak laki umumnya
sambil lari.
|
Di sekolah yang baru, Pak Guru mengatur tempat duduk kami dua orang satu bangku, entah mengapa saya paling terakhir dipanggil, barangkali nama saya dimulai dengan huruf S, kawan-kawan sudah dapat tempat duduk dan tinggal satu bangku yang kosong dan tinggal saya sama satu murid perempuan. Maka saya dan kalau tidak salah nama kawan saya itu Nurbaiti harus duduk satu bangku. Harusnya saya bersyukur, tapi pada waktu itu tidak lazim murid laki-laki duduk sebangku sama anak perempuan, malu na itu. Duduknyapun saling membelakangi dia menghadap kekanan dan saya menghadap kekiri, mana pula mau saling pandang, melirikpun awak tak berani. Pada kesempatan ini saya minta maaf kepada kawan saya, karena lama sekali saya baru berani menegur atau menyapa kawan sebangku saya. Maaf ya Nurbaiti. Catatan From: arrazi fachrudin Bang Safri, saye kenal dengan kawan sebangku Abang tu Nurbaiti. Kalo
di kampung baru hanye sekok yang name e Nurbaiti tu. Kakti tu tetangga kami dulu waktu di mentok, kami kalo nak mandi songai
di batu ampar, manah dan nyerampang udang satang selalu lewat romah beliau
karene romah e pengger songai batu ampar kampong baru. Dari batu ampar
tu kalo aek pasang kami buat raket dari boloh terus nganyot sampai songai
ulu.. Pernah dulu kami nangkap olar sabak (sanca) besak e se pokang orang
bujang kami nangkap e ramai2 orang 5-6 panjang e kire2 ade tige meter
lebeh akher e kami bawa ke darat teros kami jual same orang ciu long
(cinglong), dok gare2 Kakti jadi cerite jaman duluk ngelantor... . he
he he Assalammualaikum Wr. Wb. Mudah-mudahan suatu ari nantek kami bise ketemu same Nurbaiti sekeluarge. ari minggu tanggal 20-12-09 pokol 10:00 lalu ade undangan dari keluarge
sugondo ontok kompol kompol sebelom ketempat undangan, kami singgah dolok ke romah sepupu kami amri
musa yang romah e cume empat romah dari romah keluarge sugondo, duluk
romah amri musa di sungai daeng aak farida beceloteh same kawan kawan e, ontong
lah kami ngajak aak, jadi senang hati die tamu tamu yang laen terus datang jugak dan seperti biase be salam salam sambel nanya dulu di mentok di mane, name ayah sape, sekolah dimane, anak lah berape, cocok ade berape ..... etc etc pas besalam same salah satu ibu ibu, die cerite duluk tinggal di kampong
baru, di sempang atas tebing dekat songai belok ke kanan setelah kami liat lebeh teliti, subhanallah, rupe e memang baiti kawan
kami sebangku di sr 3 duluk sok pagi e kami dapat sms nanya no telp aak kami, teros kami tanya dari sape ni, jawab e dari bang hatta baiti (suami e ak baiti), barangkali nak mem follow up undangan e, wallahualam bis sawab disitu kami ketemu jugak same kawan sekolah rakyat dan smp mentok, antara lain bang radjulaini, ak yong, ak aryati, bang suhaimi (mantan camat mentok dan sekwilda bb, duluk dari sr 3 kampong baru kami suke polang same same sebab romah die di kampong tanjong), bang ang izhar dan banyak agek yang laen lepas lohor kami pamit polang dolok, sebab ade acare laen, biase e reuni macam ni berlangsong sampai petang photo reuni dari bang djul
|
Kembali kisah tentang banyaknya waktu luang untuk bermain dan sekarang
baru saya sadari dengan bermain banyak waktu untuk belajar langsung
dari alam dan lingkungan disekitar kita, sehingga banyak sekali tindakan
yang saya lakukan dalam pekerjaan maupun hidup berdasarkan pengalaman
saya alami waktu bermain. |
Main karet
gelang paling tidak ada tiga macam yang biasa kami lakukan. Pertama,
karet gelang masing-masing peserta ditumpuk di ujung anak tangga
masjid yang paling bawah, sebelum dimulai kami sudah menyiapkan karet
gelang yang sudah disambung-sambung sebagai alat tembakan.
|
Lalu peserta diundi, yang mendapat urutan pertama berdiri diujung lain anak tangga dan menembak karet yang sudah ditumpuk tadi, kalau karet jatuh dari anak tangga maka karet yang jatuh menjadi miliknya. Kalau masih ada karet yang belum jatuh, maka peserta berikutnya mendapat giliran, begitu seterusnya sampai karet jatuh semua. Permainan karet yang kedua, karet peserta disebar, kemudian kira-kira dua atau tiga meter dari karet tadi dibuat garis batas untuk melempar karet gelang gacoan, karet gelang yang disebar yang masuk atau bersinggungan dengan karet gacoan menjadi milik peserta yang melempar. |
Karet gacoan harus
dipilih yang tebal agar mudah diarahkan dan yang besar lingkarannya
agar banyak karet yang masuk, supaya lebih berat dan besar karet gacoan
direndam dalam minyak tanah .... he he. Yang ketiga, karet peserta
dikumpulkan, peserta diundi, yang mendapat kesempatan melemparkan karet
keatas lalu harus ditangkap dengan jari telunjuk saja, yang masuk jari
telunjuk menjadi miliknya, sampai sekarang saya belum tahu rahasia
membuat jari telunjuk menjadi panjang dan runcing ...... hmm.
|
Kelereng atau
stal ada yang dari beling warna warni, ada yang dari besi biasanya
dapat dari bengkel bekas laher, berat dan mengkilap, dan ada yang dari
batu. Saya suka yang dari batu, gratis, mencarinya di pinggir pantai,
batu-batu yang didorong dan ditarik oleh gelombang lama kelamaan menjadi
bulat, jenis batu dan warnanya bermacam-macam, licin dan mengkilap.
|
Komentar dari
Facebook. |
Main setal besi bisa sampai 3 atau 4 orang
teman, kami akan membuat 3 lobang yg masing2 berjarak dua langkah
besar.besar
lubang disesuaikan dengan besarnya setal. Dalam permainan ini ada
cara hitungan nya dengan istilah JIB 1, JIB 2 SAMPAI ADA NILAI GAMENYA
[hitungannye
lah lopa]. Yang kalah akan mendapat hukuman yaitu meletakkan tangan
di sisi lubang paling ujung dan para pemenang akan melakukan tembakan
dengan
setal tadi kebeluku ponggong jari kite [bise dibayangken lah saketnye].
ni lah sepintas cerite maen setal , mungkin ade kawan2 yg age engat
hitungan nye. |
Gasing terbuat dari kayu dan bentuknya mirip jantung pisang, dibagian tangkainya disisakan sedikit untuk melilitkan tali rami, tali dililitkan terus sampai menutupi bagian atas gasing, lalu gasing dibanting, teknik bantingan harus benar agar gasing berputar. Gasing diadu yang paling lama berputarnya atau benar benar diadu gasingnya, peserta pertama melempar gasing, beserta kedua harus membidik dan melempar gasing yang sedang berputar tadi, kadangkala gasing pertama bisa pecah atau paling sedikit gompal. |
Oleh-oleh Gasing dari Piyai
yang dibawa kakak Farida waktu pulang ke Muntok December 2008
|
Waktu masih kecil dulu kami membuat gasing dari kayu pelawan, ditakik pakai parang, kemudian dihaluskan dengan kulit ikan pari kering. Kayu pelawan termasuk kayu yang keras dan berserat halus, cocok untuk bahan membuat gasing, kalau sudah di haluskan menjadi licin dan mengkilap sehingga tidak perlu di fernis, agar lebih kuat gasing yang sudah jadi dapat direndam di air kapur dan warnanya yang tadinya coklat berubah menjadi hitam.
Adu buah kumbik atau kemiri caranya, dua buah kemiri ditumpuk lalu dipukul pakai batu, pemilik buah kemiri yang diatas yang memukulkan batu, sehingga memukulnya harus dengan perhitungan, karena pemenangnya adalah pemilik buah kemiri yagn masih utuh, kalau kedua kemiri hancur maka yang kalah adalah peserta yang memukul. |
Ada musim ikan
tempalak, mirip ikan cupang tetapi badannya jauh lebih besar, ikan
tempalak juga di adu. Kami menjaring atau memancing ikan tempalak di
anak sungai dekat rumah dan kadang-kadang di sumur dekat mesjid. Tempalak
yang dinilai bagus adalah yang badannya berwarna mengkilap kehitaman
dan sirip bercampur warna kebiruan. Ikan tempalak dipisah dalam botol
dan diatara botol disekat dengan kertas karton, apabila karton diambil,
maka ikan akan saling berhadapan dan mengembangkan siripnya serta mulutnya
siap untuk menerkam lawan.
|
Komentar Ikan Tempalak di FB: |
Ada juga kegiatan yang berhubungan dengan laut, misalnya musim ikan
bilis, musim ikan tongkol. Musim ikan bilis atau ikan teri sangat seru,
menjelang nelayan kembali dari melaut, kami ramai ramai kepinggir pantai
menunggu sampai sampan merapat. Sampan penuh beisi bilis, bilis langsung
dijual ditempat per sumpit (tas dari ayaman daun pandan) atau per blek
kaleng minyak makan, nah waktu mengangkat bilis, banyak yang tercecer
di pantai, ini bagian kami, berebut, juga sisa sisa bilis di sampan.
Hasilnya digabung dengan bilis yang mak beli. Bilis
dibuat empek
empek, dipepes, digoreng, dimasak pedas atau hip dan dibuat
pedak alias rusip. |
Mula mula bilis dibilas, kemudian kepala dan isi perutya dicabut. Untuk membuat empek empek, bilis digiling, dibuat adonan dengan tepung kanji, dibentuk jadi lenjeran lalu direbus, kalau empek empek sudah mengambang berarti sudah masak. Empek empek bilis warnanya agak hitam, tapi rasanya gurih, kalau sudah agak dingin kami makan pakai kuah cuka. Ayah paling suka empek empek yang tengahnya setengah matang, biasanya mak membuat adonannya agak keras sedikit. Kalau mak buatnya banyak, empek empek diiris-iris lalu di jemur jadi kerupuk, setelah kering digoreng, rasa ikannya terasa sekali. |
Yang unik pedak
atau rusip kata
wong pelembang, rusip Muntok sangat terkenal di Palembang. Ikan bilis
yang sudah bersih dicampur dan diaduk dengan garam dan gula aren (seingat
saya begitu, kakak saya Farida pandai membuat rusip), lalu dimasukkan
mak kedalam botol, disumbat dengan gabus dan disegel pakai lilin. Membuat
pedak mirip membuat tape singkong, kalau tidak bersih tidak bakalan
jadi. Sekitar dua tiga minggu daging ikan mencair seperti kecap, tinggal
tambah cabe rawit dan perasan limau calong, dicocol sama ikan bakar
atau lalap pepaya muda rebus, hmmm mertua lewat tak nampak. Pedak dapat
disimpan berbulan-bulan, pedak sering juga dimasak dulu sebelum dijadikan
sambal, pedak dicampur macam-macam bumbu dapur lalu ditumis, nah pedak
model ini lebih manusiawi buat yang baru sekali mencicipi rusip.
|
Kami punya kebun di kampung baru, di kebun ada pohon durian, manggis,
petai, jambu air, rambai, sokak alias melinjo, pisang, cempedak, rambutan,
rukam, nenas, ubi kayu etc. Ayah membuat okulasi pohon rambutan dan pohon
petai, kata adik saya Erman sebagian besar pohon di kebun masih ada sampai
sekarang.
Sekarang saya sadar bahwa menanam pohon adalah perbuatan mulia, kita
tanam dari bibit yang masih kecil, tumbuh dan berbuah, tanpa terasa,
lalu tumbuhan dinikmati beragam mahluk hidup, cacing, semut, rayap, serangga
lainnya, burung, manusia ditambah lagi dengan oksigen yang dihasilkan,
tempat berteduh etc. etc. Sampai Ayah meninggal dunia, sebagian pohon
yang ditanam Ayah masih ada, mudah-mudahan menjadi amal jariah. |
Musim rambutan,
selain di kebun, kami juga punya pohon rambutan di halaman rumah, rambutan
rapiah dan yang unik rambutan masam, buahnya banyak dalam satu tangkai,
sebetulnya rasanya manis tidak masam tapi tidak ngelotok, memakannya
ditelan berikut bijinya. Mak punya menu khusus di musim rambutan masam
berbuah, rambutan dikupas kemudian daging rambutan berikut bijinya
di gulai dengan udang atau ikan tenggiri atau ikan parang, sedaaaap,
gulai terasa asam manisnya dan karena sudah dimasak daging buah rambutan
dapat dipisah dari bijinya.
|
Nah kalau musim jambu bol lain lagi, sebelum berbuah, waktu masih bebungapun sudah asik, kuntum bunga alias bunga yang belum mekar, kami pakai buat peluru sombol. Sombol dibuat dari bambu pagar, terdiri atas dua bagian, bagian badan atau laras dari ruas bambu yang dipotong kedua ujungnya, bagian pendorong dibuat dari ruas bambu yang lebih kecil dan ukurannya lebih pendek dari bagian laras. |
Mula-mula
kuntum bunga jambu bol dipasang dibagian bawah laras, lalu didorong
sampai kebagian atas laras. Kemudian pasang lagi kuntum bunga dibagian
bawah, lalu dorong kuat-kuat, akibat tekanan udara yang dimampatkan,
kuntum bunga yang pertama tadi terdorong keluar sambil mengeluarkan
bunyi mirip letusan. Jadi lah main perang-perangan pakai sombol. Kalau
bunga sudah mekar, banyak kumbang yang datang, begitu pula burung madu,
burung madu paruh dan lidahnya panjang untuk menghisap madu. Waktu
itu kami sering mem-betet atau meng-katepel burung, betet gagangnya
dibuat
dari cabang kayu berbentuk huruf "Y", lalu dipasang guntingan karet
ban dalam sepeda, diberi batu, ditarik, dilepas dan batu meluncur menuju
sasaran.
|
Sombol Komentar FB: Ilham
Ibrahim February 2010 Boloh ade dak bang nak buat sombol tu, man kami duluk dak bunge jambu dgn kertas dibasah pun jadi maen perang2, man kite agek kecik duluk macam2 pemaen e dan gratis pula tinggal buat nak maen ape, man kanak sekarang maen e haros beli, dakde kreatip kanak sekarang ye dak bang. Dachyar Ayan Betet Komentar
FB: Safri Ishak Bang Dachyar kite mBETET yook
....... duluk kami galak ngambek cabang batang sawe dimuke romah
mang kecap, kayu sawe paleng bagus ontok buat betet, dikeker pakai
buntut ekan parek, dikekes pakai beleng terus digosok pakai daun
pisang kereng ..... mengkelap macam di dipeletor .... Dachyar Ayan Dachyar Ayan |
Kalau jambu bol sudah berbuah, saya suka mencari buah yang bantat yaitu buah yang kerdil, tampuknya hijau dan bagian buahnya berwarna merah tua kalau sudah masak, tidak berbiji, garing dan manis rasanya, beda dengan buah jambu bol biasa yang banyak air dan tidak crispy. |
Lain lagi jambu
kemang, batang, daun dan bunganya
mirip jambu bol, tapi buahnya berbentuk botol dan lebih besar daripada
jambu bol, kalau sudah
masak putih warnanya. Batangnya relative lebih tinggi dan lebih besar,
biasanya kami mencari buah jambu yang jatuh dari pohon, rasa buahnya
asam-asam manis, dicocol pakai kecap, hmmm ba titiak air liur, ngiler
dan pengen jadinya. Bisa juga dibuat rujak serut, dicampur serutan mangga,
irisan nenas dan buah
buni.
|
Yang lucu, kalau
ingat buah rambai, rambai biasanya berbuah waktu bulan puasa, kalau
sudah musim kami ke kebun memetik rambai. Kami jalan kaki ke kebun,
sampai di kebun terus manjat pohon rambai, pilih-pilih buah yang masak,
ngobrol dan berlomba memutuskan urat buah rambai tapi buah tidak boleh
pecah. Caranya, kulit luar rambai dikupas, ambil salah satu belahan
buah rambai, diputar-putar dengan ibu jari dan jari telunjuk, nanti
kelihatan urat buah, urat buah dengan hati-hati dipencet dan diputuskan
dengan kuku ibu jari dan kuku jari telunjuk, harus hati-hati agar buah
tida pecah. Kalau uratnya sudah putus, apakah buah masih utuh atau
pecah, langsung masuk mulut, ditelan sama biji-bijinya. Lah kan lagi
puasa, batal apa ndak ya.
|
Kegiatan rutin
kekebun adalah mengambil daun pisang untuk alas laksa, mengambil jantung
pisang buat sayur dan memetik buah nenas, kadang-kadang dimakan langsung
pakai garam cabe atau dibawa pulang buat rujak atau gulai
nenas pakai udang, ikan tenggiri, kakap atau ikan
parang. (Masakan
Melayu
Eidah's
recipes).
|
|
Musim melinjo
di kampung juga merupakan musim burung pergam, burung pergam mirip
burung punai, tetapi ukuran badannya hampir tiga kali burung punai.
Burung
pergam suka sekali makan buah melinjo, buah melinjo yang masak
ditelan bulat-bulat, bayangkan saja, pastinya burung tersebut relative
besar. Padahal yang dimakan hanya kulit buahnya saja, karena biji melinjo
akan keluar lagi bersama sisa makanan yang lain. Burung pergam yang
tertangkap, biasanya digetah, dulu banyak dijual di pasar, burung pergam
diberi makan nasi, nasi hangat dikepal-kepal sebesar buah melinjo lalu
disuapkan kemulut burung pergam. Burung pergam akan cepat gemuk kalau
diberi makan nasi.
|
Kemunting atau karamunting adalah tumbuhan perdu liar yang banyak tumbuh di tanah yang berpasir tetapi bukan dipinggir pantai. Disemak belukar dekat kebun sayur Ayah, banyak tumbuh pohon kemunting, kami juga suka mencari kemunting di sekitar bekas lapangan terbang peninggalan Jepang. Bunga kemunting berwarna ungu, buahnya mula-mula berwarna hijau, kemerah-merahan dan berubah berwana ungu kehitam-hitaman kalau sudah masak. |
Daging
buah manis dan banyak bijinya kecil-kecil. Buah kemunting yang sudah
dikumpulkan dimasukkan kedalam pincuk daun simpur dan biasa dijual
di pasar. Kalau lagi musim kadang-kadang Mak membuat selai kemunting,
tampuk buah dibuang, daging buah disaring sehingga terpisah dari biji,
ditambah air dan gula secukupnya, dimasak, setelah agak kental jadilah
selai kemunting, mirip selai strawberry gitu.
Burung murbah dan punai suka buah kemunting dan punai suka bersarang dan bertelur di pohon kemunting. |
Kami sering menjerat punai, Ayah yang merajut jerat, berbentuk kerucut, jerat dipasang diatas sarang punai, bagian bawah jerat dipasang benang klos kira-kira sepuluh sampai dua puluh meter menjauhi sarang. Tunggu burung punai kembali kesarang, tarik benang dan burung akan terperangkap didalam jerat. Dikebun kami ada beberapa pokok durian, ada si Bujang, si Buluh dan si Manggis. Memang pohon diberi nama, si bujang masih muda dan baru beberapa kali berbuah, si buluh tumbuh dekat rumpun buluh alias bambu, si manggis dekat pokok manggis. |
Kalau lagi musim
durian kami keliling kebun memungut buah durian jatuh, daun kering
dibawah pohon sengaja tidak dibersihkan agar durian jatuh tidak langsung
kena tanah. Di kampung kami durian tidak pernah dipetik, tapi durian
jatuhan, durian sudah masak dan ranum, daging buah empuk kalau dimakan
terasa ada gasnya. Suatu kali saya diajak Ayah menunggu durian, lepas
isya kami pergi ke kebun, kami tidur di pondok. Kata Ayah biasanya
durian jatuh pagi-pagi sebelum masuk waktu subuh, apalagi kalau ada
hujan rintik-rintik. Tidur di pondok walaupun sudah menyalakan api
unggun, tetap saja dingin dan banyak nyamuk tapi akhirnya tertidur
juga.
|
Hampir bersamaan dengan musim melinjo ada musim manggis, dikebun ada
dua pohon manggis, satu didepan dekat pokok sokak dan satu lagi dibelakang
dekat pohon durian. Dua-duanya rindang terutama yang didepan, umurnya
sudah tua, konon kata Ayah sejak jaman moyang sudah ada. |
Buah
manggis terletak diujung tajuk daun waktu buah masak tidak serentak,
asik juga karena memetik manggis bisa diangsur. Buah manggis muda berwarna
hijau, lalu brangsur-angsur merah dan kemudian menjadi hitam, hitam
hitam si buah manggis walaupun hitam isinya manis. Saya suka yang masih
berwarna merah, daging buahnya masih garing dan bijinya belum sempurna,
daging buahnya manis dan garing, asalkan buah dipetik langsung dan
tidak jatuh. Buah manggis kalau jatuh isi buah bagian yang kena tanah
akan bergetah, rasanya pahit dan kulit buah membatu, menjadi keras
seperti batu. Makanya kalau memilih buah manggis, pilih buah yang mulus
lalu dipenyet pelan-pelan, pilih mangis yang kulitnya lembut dan tidak
membatu. Memetik buah manggis dengan cara memanjat pohonnya, kalau
buah bisa dijangkau langsung dipetik, kalau jauh diujung ranting, bergantung
di dahan lalu adik dibawah menjangkau dan memetik buah. Kami jarang
menjolok manggis, kalaupun terpaksa, buah yang dijolok harus ditangkap,
seandainya ada yang jatuh ke tanah langsung dimakan daripada membatu
kan sayang.
|
|
Hampir sama dengan ditempat lain, buah manggis dibuat main tebak-tebakan isi manggis, kami juga suka membuat cupu dari kulit manggis. Kulit manggis diiris denan pisau lipat, irisan zikzak seperti mata geraji dari ujung ketemu ujung, bagian tampuk diangkat, maka isi buah ikut terangkat, isi buah dimakan, kulit buah dijemur sampai kering dan keras, kalau ditangkupkan akan menjadi cupu tempat menyimpan barang-barang kecil. |
Rukam pokok perdu
berduri batangnya, di kebun kami juga ada rukam, sudah langka, buah
yang sudah masak dapat dimakan langsung atau dibuat rujak. Sejak saya
merantau belum pernah lihat lagi pohon dan buah rukam. Pohon rukam
kami termasuk rukam berbuah besar, rasanya agak sepat, asam manis,
ada jenis rukam dengan buah yang lebih kecil, rasanya manis.
Berikut kutipan dari Arkian Damaris Oei: bentuk buah rukam bulat dan berwarna hijau dikala muda, kalau sudah matang berubah menjadi merah-terang sampai merah-gelap, buah rukam mungkin satu kaum dengan buah lobi-lobi. Anehnya, supaya terasa manis, kalau mau dimakan buah yang sudah masak harus digenyel-genyel dulu kalau tidak akan terasa asam. Keterangan buah buahan di Bangka dapat dilihat di kotabelinyu. |
Dikampung kami Mentok, hasil ikan laut melimpah dan jenisnya bermacam-macam, sehingga menu sehari-hari hampir selalu terbuat dari ikan, udang, rajungan, kerang, lokan, siput gong-gong, wak-wak, remis, teritip dan lain-lain. Jarang sekali makan sayur seperti sawi, kol wortel, kangkung dan bayam, paling-paling daun melinjo, nangka muda, pakis, sayur nenas dan sayur keladi. |
Apalagi daging
sapi hanya ada pada waktu hari raya Idul Fitri itupun kalau beli karena
harga daging mahal sehingga biasanya kami menyembelih ayam dan itik
serati (entok)
piaraan kami. Selain hari raya, menyembelih ayam kalau lagi musim ayam
sakit, bagi kami musim ayam sakit ada hikmahnya juga ..... he he. Seperti
lazimnya memelihara ayam, ada kandang ayam, tempat bertengger ayam
tidur, tempat ayam bertelur dan sekalian tempat ayam mengeram. Itik
serati tidak tidur didalam kandang tapi dibuatkan kotak dari papan
dan dibuat pintu
dari bilah papan untuk keluar masuk itik dan untuk mengurung itik.
Itik serati kami kalau telurnya sering diambil akan membuat sarang
dirumpun nenas dekat rumah, kadang-kadang itik lama tidak kelihatan,
tahu-tahu pulang sudah bawa anak itik, untung mereka masih ingat kandangnya.
|
Ayah pandai membuat mesin
penetas telur ayam dan telur itik, dibuat dari kotak papan dan
triplek, ada rak tempat meletakkan telur, ada thermostat untuk mengontrol
suhu mesin penetas, kalau suhu turun maka lampu menyala untuk memanaskan
udara didalam mesin penetas dan sebaliknya kalau terlalu panas maka
lampu padam. Pada waktu tertentu telur dibalik pada sisi yang berbeda
dan penempatan rak telur digilir yang tadinya di atas ditarok di
bawah, agar telur mendapat panas secara
merata..
|
Sepuluh hari setelah telur dimasukkan kedalam mesin
penetas, telur diteropong dengan lampu, telur yang ada bibitnya akan
terlihat bintik merah dan ada alur darah seperti akar keluar dari bintik
merah tadi, sedangkan telur yang tidak jadi akan berwarna terang dan
dipisah buat dimasak. Khusus untuk telur itik, sesekali harus dilap dengan
lap basah, biar kenal sama air kali ..... he he. Kalau sudah tiba waktunya
menetas, anak ayam atau itik melubangi kulit telur dari dalam, subhanallah,
diujung paruh anak ayam atau itik tadi ada tulang kecil mirip tanduk
untuk melubangi kulit telur yang nantinya tulang tersebut akan hilang
sendiri. Setelah menetas anak ayam dan anak itik dititipkan kepada induk ayam atau itik yang sedang mengeram. Kadang-kadang kalau terpaksa anak ayam dititipkan kepada itik, induk itik bingung karena anaknya tidak mau diajak mandi, sebaliknya kalau anak itik dititipkan kepada induk ayam, si induk juga bingung melihat anaknya berenang. Walaupun demikian, barangkalai karena naluri ke-induk-an induk-induk tadi sayang kepada anak-anaknya, diberi makan, dijaga, dan waktu tidur atau cuaca dingin, anak-anaknya berlindung dibawah badan sang induk. Di kampung kami ada rumah potong hewan, kami menyebutnya rumah jagal, lokasinya dekat muara sungai sehingga darah dan kotoran sapi yang disembelih langsung dibuang ke muara sungai. Rumah jagal hanya digunakan setahun sekali menjelang hari raya, sapi dipotong sesudah magrib agar besoknya bisa langsung dijual ke pasar tanpa perlu di es. Petang hari bersama kawan-kawan, kami ke rumah jagal, kami memanjat dan duduk diatas dinding rumah jagal menonton petugas menyembelih sapi. |
Hari Raya merupakan
hari spesial untuk kami kakak beradik, karena dibelikan baju baru,
celana baru, sepatu baru, kemudian foto bersama di studio foto, pulangnya
sepatu dijinjit karena kaki melepuh kena sepatu baru. Banyak makanan
di rumah, kemudian berkunjung ke rumah tetangga dan sanak famili dan
tentunya dapat uang hari raya. Mak masak ketupat, gulai kuning ayam
dan itik, kami suka berebut minta tunggitnya. Mak buat kue rentak
sagu, roti nenas,
kue sepit, kue satu, kacang goreng lepas kulit dan aneka kue kering
lainnya.
|
Daun ketupat diambil dari kebun, ketupat dianyam beramai-ramai, Mak yang mengisi beras dan kami gantian menjaga agar air rebusan ketupat tidak kering. Mak yang mengajar kami membuat ketupat, saya sempat nguping waktu Mak ngobrol sama saudaranya, dulu Mak yang mengajar Ayah menganyam ketupat, padahal sebenarnya Ayah sudah pandai, akal Ayah saja agar tangan Ayah dipegang sama Mak. Catatan From: Imran Sent: Wednesday, April 15, 2009 8:51:52 AM Subject: kenangan masa kecil Ass.Wr.Wb Abang kami kalok nak lebaran suke buatken kami adeknye yang 3 orang laki-laki ketupat "kerbau", bentuknya seperti hewan tersebut cume kecik. Kate Mak Yak Jaw, abang kami belajar dari ayahnye bang Safri. |
Catatan Titien Rasimun 01-APR-2009 Catatan ina larizz 02-APR-2009 di hari tu sibuuuuuuuuuk. ... adek ina yang nomer 2, kebagian ngocek kelape.. kalo abis kelape diperes, ampas e tu dak dibuang..disimpen dulu. men lah sudah masak segale-gale. ..haaa... giliran ina agik beraksi...gosok lantai dengen ampas kelape tu...supaye kinclong, siap nyambut tamu....harus bener2 digosok, men dak, dak mengkilat... tros abis tu, disapu bersih-bersih, mendaknya, semut merajalela.. .. jaman kuliah, ape agik pas pulang e naek kapal sirimau yang jadwal
e dak menentu tu.. same mamak, karna ina dak bantu-bantu masak, dijatahin cat...jadi,
dak masak, disoroh ngecat rumah..hahahaha. .. |
Sebaliknya pada waktu Imlek tetangga saya dikirim kue kue utamanya Kue
Keranjang dan biasanya kami juga dibagi oleh tetangga
kami tadi. |
Ayah dan Mak saya beserta kami anak-anak kandung beliau sebanyak delapan orang merantau ke Jakarta dari Mentok Bangka pada tahun 1961. Kisah lebih lanjut waktu di Jakarta, silahkan klik disini. |
|
|||||||||||
Indonesian
Folklore
http://indonesianfolklore.blogspot.com/ |
Bujang Katak
Folklore from Bangka Belitung 09-MAY-2009 |
There was an old woman. She lived alone in her hut. She was a poor farmer. She was getting older and getting weaker. She did not have husband but she prayed to god to give her a son. She hoped her son could help her work in the rice field. “ God, please give me a son. I really want to have a son although he looks like a frog”, prayed the old woman. God answered her pray. She was pregnant. Later the baby was born. Surprisingly the baby looked like a frog. His head and his skin were like frog’s head and skin. At first, the old woman was sad. However, later on she was grateful to god. She raised her son with great love. The baby grew as a kind man. He was very strong and obedient to his mother. People called him Bujang Katak. Bujang means a young man and Katak means a frog. Later Bujang Katak was adult. He wanted to get married. However he did not want to marry the girl in his village. He wanted to marry one of the king’s seven daughters’! He told his plan to his mother. She was sad. She knew that the king would reject his married proposal. But she did not want to see her son sad. And later they arrived at the palace. Bujang Katak told the king about the married proposal. “ I really appreciate your courage young man. But I can not make any decision. I will ask my seven daughters to give their opinions and decisions”, said the king. One by one all the seven daughters talked. The first daughter didn’t say good things about Bujang Katak. She insulted him. “You are so ugly. No wonder people call you Bujang Katak. You really look like a frog. I don’t want to have a husband who looks like a frog”, said the first daughter. The second daughter also said bad things to him. “You are very poor. I don’t want to have a poor husband”. So the other daughters talked bad things about him. Finally the youngest daughter had her turn to talk. She was the most beautiful and kindest daughter. She didn’t say bad things about him. She accepted Bujang Katak’s married proposal! “I will marry him, Father” said the youngest daughter to the king. Everybody was surprised. All the elders’ sisters were laughing at her. The king was shocked! He never thought that one of his daughters would marry Bujang Katak. He wanted to cancel the married. So he asked Bujang Katak to do something very difficult. “ I will let you marry my daughter but you have to build a golden bridge from your house to this palace”, said the king. Bujang Katak and his mother went home. His mother was very sad and confused. “ How can you build a golden bridge, Son?” she asked Bujang Katak. “Don’t worry, Mother. I will pray to God to help me”, said Bujang Katak. Then Bujang Katak prayed days and nights. One night, amazing things happened. His frog’s skin removed from his body. His head also changed. He became a very handsome man. His mother burned the removed skin. Amazingly the skin changed into gold. They had a lot of gold. Slowly they built a bridge using the gold. Finally the bridge was built from they house to the king’s palace. The youngest daughter was very happy. Her husband was very handsome and also very rich. He had a lot of gold. All her sisters were jealous. They were even more jealous when the king asked Bujang Katak to be the new king. |
Kelingking
Folklore from Bangka Belitung http://indonesianfolklore.blogspot.com/2008/10/kelingking.html |
|
Umpit and
the Wild Hogs
Folklore from Bangka Belitung http://indonesianfolklore.blogspot.com/2008/09/umpit-and-wild-hogs.html |
A long time ago in Bangka, lived a hunter. His name was Umpit. |
Putri Pinang
Gading
Folklore from Bangka Belitung http://indonesianfolklore.blogspot.com/2008/06/putri-pinang-gading.html |
A long time ago in Belitung, there were a couple
of husband and wife. The husband was a fisherman. The husbands name
was Pak Inda and the
wife’s name was Bu Tumina. They lived alone in their house. They
did not have any children. |
WIKIPEDIA |
Bangka-Belitung Islands is a province of Indonesia, which includes two main islands, Bangka and Belitung, and several smaller ones that lie from the east of Sumatra to the northeast of South Sumatra province. The Bangka Strait separates Sumatra and Bangka, and the Gaspar Strait separates Bangka and Belitung. The South China Sea is to the north, the Java Sea is to the south, and Borneo to the east is separated from Belitung by the Karimata Strait. The province was formerly part of South Sumatra, but became a separate province along with Banten and Gorontalo in 2000. In 2004 its population was 1,012,655. The capital is Pangkal Pinang. These islands have significant mining (the largest producers of tin in Indonesia). They also produce white pepper CPO etc. Bangka Belitung also has many beaches and smaller islands which have attracted tourists from around the world. The famous beaches are Matras beach, Parai beach, Tanjung Pesona beach, Batu Bedaun beach, Remodong beach, Pasir Padi Beach, Tanjung Kelian Beach, Rebo beach, Telok Uber Beach and many others. Administrative divisions Bangka-Belitung is divided into six regencies (kabupaten) and 1 city (kota): * Bangka (regency seat: Sungailiat
(town)) |