Safri Ishak |
Jakarta (I) Ayah dan Mak saya beserta kami anak-anak kandung beliau sebanyak delapan orang merantau ke Jakarta dari Mentok Bangka pada tahun 1961, saya anak nomor dua dan pada waktu itu umur saya 13 tahun, adik saya yang paling kecil Noviar baru berumur dua tahun. Kami berangkat
dari Mentok dengan menggunakan kapal Koan Maru dengan rute dari
Medan menuju
Jakarta dan singgah di Tanjung Pinang dan Mentok.
Karena kapal tidak bisa merapat, maka para penumpang dan barang-barang
bawaan diangkut dengan tongkang dari pelabuhan ke kapal. Sampai
di kapal perlu usaha extra untuk naik ke kapal, karena ombak agak
besar
dan tongkang
terayun-ayun oleh ombak, di kapal kami dapat tempat di deck dekat
haluan kapal. Waktu tempuh dari Mentok ke Jakarta sekitar 24 jam,
di deck
udara terasa dingin karena banyak angin apalagi pada waktu malam
hari. Dalam perjalanan
itulah pertama kali kami sekeluarga harus antri untuk mendapatkan
makanan. Adik-adik saya sekolah di SD Tebet, saya dan kakak perempuan saya sekolah di SMP Wydiasana, Gang Bedeng, dekat Pabrik Angin Jl. Minangkabau, dari Tebet biasanya kami jalan kaki bersama kawan-kawan. Kalau pelajaran olahraga kami ke lapangan bola milik Perusahaan Kereta Api di Manggarai, dari sekolah lewat gang kesana. Ada suatu hal yang sangat berkesan pada waktu sekolah, guru matematika Pak Siregar, memberikan teka-teki, menurut beliau dengan menggunakan matematika bisa dibuktikan bahwa banyak orang yang masih hidup sebetulnya sudah pernah mati. Kami sekelas tidak bisa memecahkan teka-teki tersebut, akhirnya Pak Siregar menjelaskan setengah ditambah setengah sama dengan satu, seandainya seorang bapak tiga hari yang lalu bekerja setengah mati dan hari ini dia bekerja setengah mati lagi, berarti dia sudah satu kali mati .... he he. Waktu sekolah saya pernah dimarahi ayah gara-gara dipenghapus saya (dari karet dan warnanya putih) ada tulisan I LOVE YOU, saya sempat di-interogasi, tapi saya tetap menjawab tidak tahu siapa yang menulis, barangkali salah satu teman yang nulis buat kakak saya Farida .......... salah alamat dia ...... he he, tapi saya yang kena getahnya. Dengan modal yang dibawa dari kampung,
ayah membeli kavling dekat kontrakan lalu kami membangun rumah
sendiri, ayah sebagai arsitek, insinyur, pemborong, tukang batu
merangkap tukang
kayu dan kami jadi kenek. Enam bulan kemudian bersamaan dengan
habisnya masa kontrak, Alhamdulillah kami pindah ke rumah baru.
Rumahnya unik,
tembok batako tanpa di plester, kusen pintu dan jendela lengkap,
tapi diruang tamu tidak ada daun pintu dan daun jendelanya, sehingga
kalau duduk di ruang tamu serasa duduk diruangan full AC. Untung
atap genteng sudah terpasang komplit, sehingga kami tidak kehujanan
dan
tidak kepanasan. Kamar mandi dan jamban jadi satu diluar rumah,
malam hari, mau buang air, takut ke kamar mandi, beda dengan di
kampung kamar
mandi kami satu atap dengan rumah. Kalau musim layangan kami membuat dan menjual layangan, di kampung kami menggunakan kertas minyak, rupanya di Jakarta pakai kertas roti sehingga bisa digambar, trade mark kami gambar huruf S simbol Superman. Tahun 1962 dan 1963 merupakan tahun yang sulit, untuk mendapat
beras, minyak tanah dan kadang-kadang bahan pakaian, dibagi kupon,
kami beramai-ramai
harus antri, malah saat itu kami sempat makan bulgur. Kalau ayam
diberi makan
bulgur
kering
bisa mati, karena bulgur banyak menghisap air, sehingga ayam
kehausan, minum air, bulgur mengembang dan tembolok ayam bisa pecah.
Jadi
kalau mau mengkonsumsi bulgur harus direndam dulu, baru dimasak
atau diberikan
kepada ayam, konon di negeri asalnya bulgur buat makanan kuda.
Hebatnya kalau makan bulgur perut cepat kenyang dan rasa kenyangnya
bertahan
lama apalagi kalau sering minum setelah makan. Bulgur juga dibuat
roti sebagai pengganti gandum, dijajakan oleh tukang roti keliling,
kami
menamakannya roti bantal, sanga manjur buat mengganjal perut. Setelah kenaikan kelas kami berangkat ke Pekanbaru naik pesawat terbang
.... horeee, first time in my life, pesawat jenis Dakota, jumlah tempat
duduk sekitar tiga puluh dan kami bersepuluh, berarti sepertiga kapasitas
tempat duduk. Kami berangkat dari Kemayoran Airport dan di Pekanbaru
kami mendarat di Pelabuhan Udara Simpang Tiga, landasan pesawat masih
menggunakan tanah yang dikeraskan. |
|||
Silahkan
kirim komentar, feedback dan saran, terima kasih.
|
www.TB512.com was
created as facility to learn how to develop a website, TB512property has
been developed as a pilot project which consisted of advertising regarding
house, shop, townhouse, apartment and land for sale etc. TB512 is
a logo of Tebet Barat 5 No 12 South
Jakarta, Indonesia 12810 which is the address of my home as well as
my virtual office Safri Ishak telephone 021-8296762 or mobile phone
0815 1140 1617.
|
My
BUSINESS Directory
|
Tebet Business Directory consists
of addresses and phone numbers of favorite restaurants, traditional
markets, hotels, offices, schools, super markets, malls, automotives,
gardens, flowers, cakes, advertising, computers, salons, barber shops,
cosmetics, banks, apartments etc.Originally it was compiled for personal
purposes and then published to the internet as a gateway to search
business directory and websites in Tebet and surrounding area.
|